SEKILAS TENTANG GUA
INDRAKILA
(Obyek Wisata Desa
Karangkancana)
Menurut keterangan dari Juru Kunci
Gua Indrakila yaitu Abah Ruskanda, bahwa menurutnya sekitar tahun 1428 M di wilayah itu ditemukan beberapa Gua
alami oleh kakeknya yang bernama Buyut Kasipan, kawasan ini mempunyai luas 10 Ha. Secara
berkelanjutan gua-gua itu berkembang ditemukan oleh beliau, mulai dari 2 gua
hingga 9 buah gua.
Karena berbau agak narsis kampung Indrakila dirubah namanya
menjadi Indrahayu oleh sesepuh kampung Abah Ruskanda, Kampung Indrahayu
merupakan bagian Dusun dari Desa Karangkancana Kecamatan Karangkancana Kuningan.
Tapi komplek Gua ini sampai saat ini tetap namanya Indrakila.
Indrahayu selain memiliki potensi pariwisata,
juga merupakan tempat bersejarah, karena Indrahayu merupakan salah satu kampung
yang dijadikan jalur TNI dari Yogya.
Dimana TNI pada saat itu tahun 1949 hendak menuju perjalanan ke daerah Cijambu
Subang. Jalur yang ditempuh TNI melalui jalur Cimara melalui perkampungan
Indrakila (sekarang Indrahayu) dan Gunungjawa sebagian dari mereka ada yang
melanjutkan perjalanan menuju Sumberjaya, karena di Desa Segong masih ada
Markas Belanda, maka jalur yang lewati melalui Desa Kaduagung - Margacina - lalu
tembus ke Sumberjaya.
Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan eksistensi
gua-gua di Indrahayu tiada lain daripada kehidupan keseharian masyarakat
Indrahayu itu sendiri. Kehidupan mereka banyak tertumpu kepada pertanian,
sehingga bisa disebut sebagai masyarakat agraris. Mereka adalah pemeluk Agama
Islam yang taat. Masuknya Agama Islam telah lama tersiar di sana, sejak
datangnya penyebar Agama Islam Embah Dalem Genggang ke tempat tersebut dan
mendiami salah satu gua di sana. Dalam kehidupan mereka pun masih kuat
dipengaruhi oleh cerita pewayangan dan gaib yang berhubungan dengan gua-gua
yang ada di sana. Oleh karena itu perilaku mereka sebagian kecil ada yang
meniru pola kehidupan pewayangan dan dunia gaib yang berbau Hindu-Budha.
Adapun kreasi yang tercipta di sekitar gua lebih banyak
diwujudkan dalam bentuk ritual keagamaan. Sebagian dari mereka percaya akan
adanya kekuatan gaib yang dimiliki gua-gua di sana. Di gua-gua yang berbau
pewayangan sering dijumpai sisa-sisa upacara sacral dari para pengunjung gua
yang memiliki maksud tertentu.
Upacara yang mereka lakukan mirip dengan kepercayaan Agama
Hindu dan Budha. Sebagian masyarakat setempat juga memanfaatkan hasil alam yang
ada di sekitar gua. Di antara mereka ada yang memanfaatkannya untuk membuat
kerajinan tangan dari batu karang, batu marmer, dan sedikit kerang-kerang laut
yang ada di sana. Bila diteliti lebih jauh, sebenarnya gua-gua Indrahayu
merupakan salah satu bukti peninggalan purbakala yang bersejarah. Di gua-gua
yang terdapat di bukit Indrahayu ini banyak ditemukan karang, kerang, dan
benda-benda laut lainnya. Sementara menurut pendapat ahli dikatakan bahwa
antara Jawa Barat dan Jawa Tengah telah terdapat sebuah selat. Selat tersebut
terjadi sekitar 3 juta tahun sebelum masehi dan terdapat di sepanjang daerah
Kuningan timur yang mendekati daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Bukti
lain yang mendukung adanya selat adalah adanya daerah Ciuyah di Kecamatan
Ciwaru.
Eksistensi gua-gua Indrahayu yang potensial ini merupakan
asset sejarah yang sangat berharga bagi kepariwisataan Kuningan. Bilamana
gua-gua di Indrahayu dikembangkan lebih lanjut maka akan tercipta suatu daerah
wisata baru yang sangat potensial dan memiliki daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Hal tersebut merupakan peluang berharga bagi Kuningan dalam upaya
meningkatkan pendapatan daerahnya melalui bidang kepariwisataan.
Indrahayu merupakan salah satu kampung yang berada di Desa
Karangkancana Kecamatan Karangkancana kurang lebih 25 km sebelah timur kota
Kuningan. Di tempat ini setidaknya telah ditemukan 13 gua alami, yang rata-rata
berada pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Di dalam gua tersebut
banyak dihiasi dengan batuan stalaktit dan stalakmit.
1)
Gua Karang Masigit/Pangulahan Masigit
Letak gua ini berada di sebelah selatan pemukiman penduduk
Indrahayu. Gua ini menghadap ke selatan dan memiliki lubang dengan ukuran
kecil, berdiameter sekitar 1 meter. Letaknya dekat pohon besar yang berada di
belakang salah satu rumah penduduk.
Menurut
cerita setempat, gua ini merupakan tempat para pengagung kaum pandawa (kelompok
lima bersaudara dalam pewayangan). Di tempat ini mereka membersihkan
senjata-senjata sakti milik mereka.
2) Gua Kandang Hayam
Gua ini menghadap ke timur laut dan letaknya sebelah barat
yang tidak jauh dari pemukiman penduduk. Ukurang gua tersebut di ukur dari
mulutnya memiliki lebar mulut 2 m, tinggi gua 3.2 m, dan panjang ke dalam
mencapai 20 m.
Menurut cerita penduduk setempat bahwa di gua ini sering
terdengar suara ayam yang hendak mencari makan di kala pagi dan suara riuhnya
ayam yang kembali ke kandang di kala sore. Hal itu terjadi mulai tahun 1960
hingga 1980-an. Oleh karena itu gua tersebut dinamakan Kandang Hayam.
3) Gua Arjuna Mintu Raga Rarabi
Gua ini merupakan gua terbesar yang ditemukan di daerah tersebut.
Gua ini menghadap ke arah tenggara dengan ukuran lebar mulut gua 4,5 m, tinggi
8 m, dan panjang ke dalam gua 22 m. Di tempat ini sering ditemukan beberapa
jenis sesajen dan tempatnya.
Menurut
cerita penduduk setempat, bahwa di gua ini Sang Adipati Arjuna (satria panengah
Pandawa) melakukan tapa ketika dikejar musuh-musuhnya. Di tempat ini pula pada
tahun 1970 hingga 1980-an sering dijumpai harimau dan ular (gaib) sang
penunggu.
4) Gua Sumur / Embah Dalem Genggang
Gua ini letaknya di depan Gua Arjuna Mintu Raga. Hanya saja
gua ini mirip sebuah sumur karena mulutnya menghadap ke atas. Gula ini memiliki
diameter mulut sekitar 0,80 m dan kedalaman mencapai 30 m. Di dalam gua ini
banyak dihuni kelelawar.
Menurut cerita dari masyarakat setempat, bahwa di tempat
inilah Embah Dalem Genggang asal Grage (Cirebon) bermukim. Diperkirakan bahwa
dialah penyiar pertama Agama Islam di daerah tersebut.
5)
Gua Karang Nangnengnong
Tempat ini tidak mirip layaknya gua, hanya saja tempat ini
merupakan tempat cekungan batu karang di salah satu bukit Indrahayu. Tempat ini
diperkirakan berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut dan menghadap
ke timur laut. Tempat ini memiliki ukurang lebar 4 m, panjang 10 m, dan tinggi
2,1 m. di tempat ini banyak terdapat batuan stalaktit yang menggantung dari
atap gua. Batuan tersebut bila kita pukul-pukul akan menimbulkan suara seperti
gong dan gamelan lainnya. Hal itulah yang menjadikan tempat tersebut dinamakan
Karang Nangnengnong.
Menurut cerita setempat, bahwa gua tersebut merupakan tempat
pemukiman Nakula-Sadewa (kembaran dari keluarga Pandawa). Pada tahun 1970
hingga 1980-an dari tempat ini sering terdengah tabuhan gamelan wayang yang
meriah di malam Jum’at Kliwon.
6)
Gua Leutik
Gua ini letaknya di sebelah selatan Gua Karang Nangnengnong
dan menghadap ke utara. Gua ini memiliki lebar mulut gua bagain bawah kurang
lebih 1 m, lebar mulut gua bagian atas 40 cm, dengan tinggi 1,4 m, dan panjang
ke dalam sebesar kurang lebih 12 m. satu meter ke dalam gua ruangannya sempit,
tapi setelah melewati celah sempit di dalamnya memiliki ruangan yang besar.
Ketika pertama kali ditemukan, gua ini memiliki sebuah arca naga dari batu yang
berukuran sebesar kuda. Namun sayang, kini arca tersebut sudah lenyap.
Menurut
cerita gua ini dulunya dihuni oleh seekor ular besar yang disebut Ambu Naga
Runting atau Oray Sapda. Gua ini dikenal juga dengan gua racun ular.
Soal
arca ular, penulis menjumpainya di sebuah ruangan di gua ini tahun 1989. Luar
baisa...!!!
7) Karang Nangtung
Tempat ini layak sebuah tebing di salah dari sebuah bukit.
Letaknya di bagian atas Gua Leutik dan merupakan puncak dari bukit tersebut,
sekitar 800 m di atas permukaan laut. Tebing ini posisinya tegak lurus (900)
dari permukaan tanah. Tebing ini memiliki ketinggian kurang lebih 20 m dan panjang
16 m. Keadaan tempat ini sangat menarik bagi para pemanjat tebing karena bisa
digunakan untuk olahraga panjat tebing.
8) Gua Partapaan Munding
Letak gua ini sekitar 200 m di sebelah barat daya Karang
Nangtung dan merupakan daerah puncak bukit. Gua tersebut mirip dengan sebuah
celah yang buntu. Mulut gua ini memiliki lebar kurang lebih 1m dan tinggi 5 m
serta panjang ke dalam sekitar 10 m.
Dulu tempat ini sering dijadikan tempat bertapanya
kerbau-kerbau aduan. Bilamana seekor kerbau ingin menjadi kerbau yang tangguh
dan kuat, maka kerbau tersebut harus bertapa di sana agar dapat memenangkan
suatu pertandingan adu jago.
9)
Karang Luatan
Karang Luatan merupakan sebuah tempat di sebelah barat
perkampungan penduduk Indrahayu yang berada di lereng bukit Indrahayu. Di
Karang Luatan ini terdapat sebuah batu besar yang berukuran sebesar rumah tipe
21. Menurut ceritera bahwa di tempat itu telah terjadi pembunuhan sadis.
Seorang yang memiliki jabatan Kabayan (pesuruh) dari desa tetangga dibunuh oleh
majikannya dengan cara ditimpa dan dikubur batu tersebut. Ditempat ini cocok
untuk latihan panjat tebing.
10)
Gua Landak
Gua ini belum pernah dimasuki manusia karena di gua tersebut
menjadi sarang landak dan sejenisnya. Letak gua ini berada 7 m di sebelah kiri
Gua Karang Nangnengnong.
11) Gua Arjuna Satra Bahu
11) Gua Arjuna Satra Bahu
Gua ini berada dipaling atas dari
yang lain, mulut gua hanya berdiameter 100cm, mempunyai kedalaman sekitar 90
meter, terdapat teras pertama dan selanjutnya sumuran sedalam 15 meter. Setelah
mencapai kedalaman ini, akan ditemukan ruangan luas. Gua ini ditemukan beberapa
bulan yang lalu .(penulis dengan tim riset Harimau Jawa mencoba masuk ke teras
pertama pada 28 Mei 2010).Tanggal 12 Juni 2010, kami kembali kesana lagi untuk
mencoba menelusurinya.
Selain beberapa gua, dikawasan karst ini juga ditemukan
tempat makamnya Semar, sebelah barat gua Arjuna Sastrabahu, dan tempat
dibunuhnya Kabayan (tokoh cerita Pasundan) oleh majikannya.Menurut Pak Ruskanda
masih ada beberapa gua belum ditemukan pintunya, meski beliau sudah dapat
wangsit dan tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar