Selasa, 27 Maret 2012

Sekilas Tentang Gua Indrakila


SEKILAS TENTANG GUA INDRAKILA
(Obyek Wisata Desa Karangkancana)



Menurut keterangan dari Juru Kunci Gua Indrakila yaitu Abah Ruskanda, bahwa menurutnya sekitar tahun 1428 M di wilayah itu ditemukan beberapa Gua alami oleh kakeknya yang bernama Buyut Kasipan, kawasan ini mempunyai luas 10 Ha. Secara berkelanjutan gua-gua itu berkembang ditemukan oleh beliau, mulai dari 2 gua hingga 9 buah gua.
Karena berbau agak narsis kampung Indrakila dirubah namanya menjadi Indrahayu oleh sesepuh kampung Abah Ruskanda, Kampung Indrahayu merupakan bagian Dusun dari Desa Karangkancana Kecamatan Karangkancana Kuningan. Tapi komplek Gua ini sampai saat ini tetap namanya Indrakila.
Indrahayu selain memiliki potensi pariwisata, juga merupakan tempat bersejarah, karena Indrahayu merupakan salah satu kampung yang dijadikan jalur TNI dari Yogya. Dimana TNI pada saat itu tahun 1949 hendak menuju perjalanan ke daerah Cijambu Subang. Jalur yang ditempuh TNI melalui jalur Cimara melalui perkampungan Indrakila (sekarang Indrahayu) dan Gunungjawa sebagian dari mereka ada yang melanjutkan perjalanan menuju Sumberjaya, karena di Desa Segong masih ada Markas Belanda, maka jalur yang lewati melalui Desa Kaduagung - Margacina - lalu tembus ke Sumberjaya.
Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan eksistensi gua-gua di Indrahayu tiada lain daripada kehidupan keseharian masyarakat Indrahayu itu sendiri. Kehidupan mereka banyak tertumpu kepada pertanian, sehingga bisa disebut sebagai masyarakat agraris. Mereka adalah pemeluk Agama Islam yang taat. Masuknya Agama Islam telah lama tersiar di sana, sejak datangnya penyebar Agama Islam Embah Dalem Genggang ke tempat tersebut dan mendiami salah satu gua di sana. Dalam kehidupan mereka pun masih kuat dipengaruhi oleh cerita pewayangan dan gaib yang berhubungan dengan gua-gua yang ada di sana. Oleh karena itu perilaku mereka sebagian kecil ada yang meniru pola kehidupan pewayangan dan dunia gaib yang berbau Hindu-Budha.
Adapun kreasi yang tercipta di sekitar gua lebih banyak diwujudkan dalam bentuk ritual keagamaan. Sebagian dari mereka percaya akan adanya kekuatan gaib yang dimiliki gua-gua di sana. Di gua-gua yang berbau pewayangan sering dijumpai sisa-sisa upacara sacral dari para pengunjung gua yang memiliki maksud tertentu.
Upacara yang mereka lakukan mirip dengan kepercayaan Agama Hindu dan Budha. Sebagian masyarakat setempat juga memanfaatkan hasil alam yang ada di sekitar gua. Di antara mereka ada yang memanfaatkannya untuk membuat kerajinan tangan dari batu karang, batu marmer, dan sedikit kerang-kerang laut yang ada di sana. Bila diteliti lebih jauh, sebenarnya gua-gua Indrahayu merupakan salah satu bukti peninggalan purbakala yang bersejarah. Di gua-gua yang terdapat di bukit Indrahayu ini banyak ditemukan karang, kerang, dan benda-benda laut lainnya. Sementara menurut pendapat ahli dikatakan bahwa antara Jawa Barat dan Jawa Tengah telah terdapat sebuah selat. Selat tersebut terjadi sekitar 3 juta tahun sebelum masehi dan terdapat di sepanjang daerah Kuningan timur yang mendekati daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Bukti lain yang mendukung adanya selat adalah adanya daerah Ciuyah di Kecamatan Ciwaru.
Eksistensi gua-gua Indrahayu yang potensial ini merupakan asset sejarah yang sangat berharga bagi kepariwisataan Kuningan. Bilamana gua-gua di Indrahayu dikembangkan lebih lanjut maka akan tercipta suatu daerah wisata baru yang sangat potensial dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal tersebut merupakan peluang berharga bagi Kuningan dalam upaya meningkatkan pendapatan daerahnya melalui bidang kepariwisataan.
Indrahayu merupakan salah satu kampung yang berada di Desa Karangkancana Kecamatan Karangkancana kurang lebih 25 km sebelah timur kota Kuningan. Di tempat ini setidaknya telah ditemukan 13 gua alami, yang rata-rata berada pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Di dalam gua tersebut banyak dihiasi dengan batuan stalaktit dan stalakmit.

1) Gua Karang Masigit/Pangulahan Masigit
Letak gua ini berada di sebelah selatan pemukiman penduduk Indrahayu. Gua ini menghadap ke selatan dan memiliki lubang dengan ukuran kecil, berdiameter sekitar 1 meter. Letaknya dekat pohon besar yang berada di belakang salah satu rumah penduduk.
Menurut cerita setempat, gua ini merupakan tempat para pengagung kaum pandawa (kelompok lima bersaudara dalam pewayangan). Di tempat ini mereka membersihkan senjata-senjata sakti milik mereka.

2) Gua Kandang Hayam
Gua ini menghadap ke timur laut dan letaknya sebelah barat yang tidak jauh dari pemukiman penduduk. Ukurang gua tersebut di ukur dari mulutnya memiliki lebar mulut 2 m, tinggi gua 3.2 m, dan panjang ke dalam mencapai 20 m.
Menurut cerita penduduk setempat bahwa di gua ini sering terdengar suara ayam yang hendak mencari makan di kala pagi dan suara riuhnya ayam yang kembali ke kandang di kala sore. Hal itu terjadi mulai tahun 1960 hingga 1980-an. Oleh karena itu gua tersebut dinamakan Kandang Hayam.

3) Gua Arjuna Mintu Raga Rarabi
Gua ini merupakan gua terbesar yang ditemukan di daerah tersebut. Gua ini menghadap ke arah tenggara dengan ukuran lebar mulut gua 4,5 m, tinggi 8 m, dan panjang ke dalam gua 22 m. Di tempat ini sering ditemukan beberapa jenis sesajen dan tempatnya.
Menurut cerita penduduk setempat, bahwa di gua ini Sang Adipati Arjuna (satria panengah Pandawa) melakukan tapa ketika dikejar musuh-musuhnya. Di tempat ini pula pada tahun 1970 hingga 1980-an sering dijumpai harimau dan ular (gaib) sang penunggu.

4) Gua Sumur / Embah Dalem Genggang
Gua ini letaknya di depan Gua Arjuna Mintu Raga. Hanya saja gua ini mirip sebuah sumur karena mulutnya menghadap ke atas. Gula ini memiliki diameter mulut sekitar 0,80 m dan kedalaman mencapai 30 m. Di dalam gua ini banyak dihuni kelelawar.
Menurut cerita dari masyarakat setempat, bahwa di tempat inilah Embah Dalem Genggang asal Grage (Cirebon) bermukim. Diperkirakan bahwa dialah penyiar pertama Agama Islam di daerah tersebut.

5) Gua Karang Nangnengnong
Tempat ini tidak mirip layaknya gua, hanya saja tempat ini merupakan tempat cekungan batu karang di salah satu bukit Indrahayu. Tempat ini diperkirakan berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut dan menghadap ke timur laut. Tempat ini memiliki ukurang lebar 4 m, panjang 10 m, dan tinggi 2,1 m. di tempat ini banyak terdapat batuan stalaktit yang menggantung dari atap gua. Batuan tersebut bila kita pukul-pukul akan menimbulkan suara seperti gong dan gamelan lainnya. Hal itulah yang menjadikan tempat tersebut dinamakan Karang Nangnengnong.
Menurut cerita setempat, bahwa gua tersebut merupakan tempat pemukiman Nakula-Sadewa (kembaran dari keluarga Pandawa). Pada tahun 1970 hingga 1980-an dari tempat ini sering terdengah tabuhan gamelan wayang yang meriah di malam Jum’at Kliwon.

6) Gua Leutik
Gua ini letaknya di sebelah selatan Gua Karang Nangnengnong dan menghadap ke utara. Gua ini memiliki lebar mulut gua bagain bawah kurang lebih 1 m, lebar mulut gua bagian atas 40 cm, dengan tinggi 1,4 m, dan panjang ke dalam sebesar kurang lebih 12 m. satu meter ke dalam gua ruangannya sempit, tapi setelah melewati celah sempit di dalamnya memiliki ruangan yang besar. Ketika pertama kali ditemukan, gua ini memiliki sebuah arca naga dari batu yang berukuran sebesar kuda. Namun sayang, kini arca tersebut sudah lenyap.
Menurut cerita gua ini dulunya dihuni oleh seekor ular besar yang disebut Ambu Naga Runting atau Oray Sapda. Gua ini dikenal juga dengan gua racun ular.   
Soal arca ular, penulis menjumpainya di sebuah ruangan di gua ini tahun 1989. Luar baisa...!!!

7) Karang Nangtung
Tempat ini layak sebuah tebing di salah dari sebuah bukit. Letaknya di bagian atas Gua Leutik dan merupakan puncak dari bukit tersebut, sekitar 800 m di atas permukaan laut. Tebing ini posisinya tegak lurus (900) dari permukaan tanah. Tebing ini memiliki ketinggian kurang lebih 20 m dan panjang 16 m. Keadaan tempat ini sangat menarik bagi para pemanjat tebing karena bisa digunakan untuk olahraga panjat tebing.

8) Gua Partapaan Munding
Letak gua ini sekitar 200 m di sebelah barat daya Karang Nangtung dan merupakan daerah puncak bukit. Gua tersebut mirip dengan sebuah celah yang buntu. Mulut gua ini memiliki lebar kurang lebih 1m dan tinggi 5 m serta panjang ke dalam sekitar 10 m.
Dulu tempat ini sering dijadikan tempat bertapanya kerbau-kerbau aduan. Bilamana seekor kerbau ingin menjadi kerbau yang tangguh dan kuat, maka kerbau tersebut harus bertapa di sana agar dapat memenangkan suatu pertandingan adu jago.

9) Karang Luatan
Karang Luatan merupakan sebuah tempat di sebelah barat perkampungan penduduk Indrahayu yang berada di lereng bukit Indrahayu. Di Karang Luatan ini terdapat sebuah batu besar yang berukuran sebesar rumah tipe 21. Menurut ceritera bahwa di tempat itu telah terjadi pembunuhan sadis. Seorang yang memiliki jabatan Kabayan (pesuruh) dari desa tetangga dibunuh oleh majikannya dengan cara ditimpa dan dikubur batu tersebut. Ditempat ini cocok untuk latihan panjat tebing.

10) Gua Landak
Gua ini belum pernah dimasuki manusia karena di gua tersebut menjadi sarang landak dan sejenisnya. Letak gua ini berada 7 m di sebelah kiri Gua Karang Nangnengnong.

11) Gua Arjuna Satra Bahu
Gua ini berada dipaling atas dari yang lain, mulut gua hanya berdiameter 100cm, mempunyai kedalaman sekitar 90 meter, terdapat teras pertama dan selanjutnya sumuran sedalam 15 meter. Setelah mencapai kedalaman ini, akan ditemukan ruangan luas. Gua ini ditemukan beberapa bulan yang lalu .(penulis dengan tim riset Harimau Jawa mencoba masuk ke teras pertama pada 28 Mei 2010).Tanggal 12 Juni 2010, kami kembali kesana lagi untuk mencoba menelusurinya.
Selain beberapa gua, dikawasan karst ini juga ditemukan tempat makamnya Semar, sebelah barat gua Arjuna Sastrabahu, dan tempat dibunuhnya Kabayan (tokoh cerita Pasundan) oleh majikannya.Menurut Pak Ruskanda masih ada beberapa gua belum ditemukan pintunya, meski beliau sudah dapat wangsit dan tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar