Amanah, Iman dan Aman adalah tiga kata yang berasal dari akar kata
yang sama, yaitu kata Amina. Pada umumnya kata-kata yang berasal dari
akar kata yang sama masing-masing mempunyai kedekatan makna, disamping
juga mempunyai korelasi makna. Demikian juga dengan kata-kata : Amanah,
Iman dan Aman.
Amanah artinya adalah sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan
kepada seseorang. Iman artinya adalah kepercayaan atau keyakinan.. Aman
adalah sesuatu yang dipercayai atau diyakini tidak ada gangguan
sedikitpun. Lawan dari aman adalah ketakutan atau kekacauan karena ada
yang mengacau atau mengganggu.
Adapun korelasi diantara ketiganya itu adalah bahwa Amanah itu tidak
akan terlaksana tanpa Iman, hanya dengan landasan Iman lah amanah itu
akan terlaksana. Sedangkan Aman adalah hasil daripada Amanah yang
berlandaskan Iman. Dengan artikata Amanah yang diserahkan kepada orang
yang beriman pasti akan menimbulkan rasa aman.
Demikialah, Amanah itu akan menjamin rasa Aman : Bila suatu negeri
dipimpin oleh pemimpin yang beriman maka negeri itu pasti akan aman,
itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para Khulafaurrasyidin yang
penuh amanah. Sebaliknya bila suatu negeri rakyatnya tidak merasa aman,
salah satu penyebabnya ialah karena pemimpin negeri itu yang tidak
amanah alias khianat. Kenapa terjadi korupsi besar-besaran disuatu
negeri sehingga negeri itu menjadi terancam bangkrut karena dililit
hutang, dan rakyat terancam kemiskinan yang menyedihkan ? Jawabnya
karena hilangnya amanah dari pemimpin negeri tersebut.
Karena itulah Rasulullah SAW. Pernah mengingatkan: “Idza dhuyi’atil amanah fantazhirissa’ah” artinya : Bila disia-siakan amanah maka tunggulah kehancuran!. Lalu sahabat bertanya: “Wakaifa idha’atuha?” Rasulullah menjawab : “Idza wusidal amru ila khairi ahlihi fantazhirissa’ah!”.
Bila diserahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancuran! Maksudnya, bila diserahkan kepemimpinan kepada
orang yang bukan ahlinya, ahlinya disini bukan hanya ahli dalam hal ilmu
atau managemen, tapi pengertian ahli disini adalah orang yang memenuhi
syarat, berhak dan pantas untuk memikul tanggung jawab. Orang yang tidak
amanah seharusnya tidak berhak untuk jadi pemimpin atau memegang
keuangan; bila diserahkan juga kepemimpin kepada orang yang tidak amanah
tentulah dia akan khianat dalam kepemimpinannya.
Rasulullah SAW sebelum menjadi Rasul mendapatkan gelar kehormatan
dari masyarakat Arab waktu itu dengan “Al-Amin” karena dikenal oleh
masyarakat sebagai seorang yang sangat dipercaya dalam menjaga Amanah.
Setelah beliau menjadi Rasul, maka salah satu sifat yang wajib beliau
miliki adalah sifat Amanah. Dalam kenyataanya memang beliau seumur
hidupnya sangat berpegang teguh pada Amanah, baik amanah yang beliau
terima dari Allah secara lansung untuk menegakkan Islam, maupun amanah
yang diberikan masyarakat kepada beliau. Karena itulah kepemimpinan
beliau berhasil dengan gemilang-gemilang, beliau berhasil menciptakan
rasa aman yang merata, padahal beliau mendapati masyarakat jahiliyah
dalam keadaan kacau balau, jauh dari rasa aman. Waktu prosesi Hijrah ke
Madinah.
Ali bin Abi Thalib selain diperintah Rasulullah untuk mengelabui
orang-orang kafir yang mengepung rumah beliau dengan tidur ditempat
tidur dan memakai selimut beliau; Ali juga diperintahkan Rasulullah
untuk mengembalikan kunci-kunci kedai dan gudang yang diamanahkan
masyarakat Arab pada beliau.
Dengan demikian dapat difahami bahwa Amanah merupakan salah satu
tanda orang yang beriman. Apabila seorang tidak dapat memegang amanah
suatu pertanda dia bukan orang yang beriman, tepatnya orang munafiq.
Karena itulah dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW. Bersabda
(yang artinya) : “Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Bila
berbicara bohong, bila berjanji mungkir, bila diberi amanah dia khianat
(HR.Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud). Hadits ini menjelaskan bahwa salah
satu tanda orang munafiq ialah tidak dapat memegang amanah atau khianat
terhadap amanah.. Dalam kenyataannya memang orang-orang munafiq sangat
sering mengkhianati Rasulullah dan para sahabat..
Amanah akan mudah dikhianati bila yang memegang amanah merasakan
bahwa amanah yang dipegangnya itu adalah amanah dari atasannya atau dari
seseorang manusia, karena orang yang memberi amanah itu tidak selalu
bersama dia dan mengawasinya. Akan tetapi bila yang memegang amanah
menyadari sepenuhnya bahwa hakikat semua amanah itu adalah perintah
Allah SWT, kepada hamba-Nya (QS.4:58), maka amanah itu tidak akan mudah
dikhianati, karena dia merasakan bahwa Allah senantiasa mengawasi amanah
yang diamanahkan kepadanya..Bila dia berhasil menjaga amanah tersebut,
dia yakin bahwa Allah akan ridha kepadanya, dan bila dia khianat pada
amanah tersebut, maka Allah akan murka kepadanya.
Seorang mukmin sangat takut mengkhianati amanah, karena mengkhianati
amanah berarti melunturkan iman, bahkan melunturkan agamanya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW Bersabda : “Addinu amanah, la diina liman la amanita lahu” Agama itu adalah amanah, tidak ada agama bagi orang yang tidak amanah.
***
Dari Sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar